menu

  • Home
  • GaleriDownloadPengumuman

    Jumat, 10 Agustus 2012

    Artikel 2 - Penerapan Model Pembelajaran PBL untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VII SMP dalam Mempelajari Makna Proklamasi 17 Agustus 1945

    PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP DALAM MEMPELAJARI MAKNA PROKLAMASI 17 AGUSTUS 1945

    ABSTRACT
    Proclamation (proclamatio) Independence is an announcement to all the people. The announcement that there is independence in fact not only addressed to the people and the country concerned but also to the people in the world and to the people in this world. To achieve the goal of learning the material significance of Indonesia's independence proclamation of August 17, 1945 required a precise and easy method of learning the model of PBL. With this method the child is expected to solve the problem with respect to learning materials. Related to the research conducted at the Junior High School I Sungai Raya district was taken by 32 students of VII with 2 cycles of research, the results of this study was Problem Based Learning method is able to apply them in a contextual meaning of the material in accordance with Indonesia's independence proclamation of August 17 of 1945.

    KEY WORDS: Proclamation, PBL

    PENDAHULUAN
    Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mermfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Inonesia yang cerdas, trampil dan berkarakter seperti yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 dan cita-cita dari Proklaamasi. Salah satu untuk mewujudkan hal tersebut dalam Standar Kompetensi mempelajari tentang makna proklamasi kemerdekaan dan khususnya pada kompetensi dasar ke 3. 4 Menunjukan sikap positif terhadap makna kemerdekaan dan suasana kebatinan konstusi pertama Mendeskripsikan pelajaran mankna proklamasi dan suasana kebatinan konstitusi pertama dalam materi penyajiannya masih secara konvensional dengan metodceramah sehingga siswa tidak memperoleh pemahaman yang jelas untuk dwujudkan dalam kehidupan yang realita.
    Sehubungan dengan hal itu perlu dicari solusi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa mampu berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraannya danberpartisipasi secara aktif dan bertanggung bjawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan, bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Solusi terbaik adalah dengan menggunakan metoda dan model pembelajaran yang berdasarkan pada teori kolaborasi dengan strategi pembelajaran CTL (Contektual Teacing and Learning)  salah satu pembelajaran ini adalah pembelajaran Berbasis Masalah atau Problem Based Learning (PBL).
    Dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning siswa diharapkan dapat memecahkan berbagai permasalahan berkenaan dengan konteks materi dengan dunia nyata. Kaitannya dengan materi makna Proklamasi diharapkan juga dapat melahirkan generasi masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga cerdas secara emosional dan sosial.

    KERANGKA TEORI
    Menurut Sudarman (2007) mengatakan Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peseta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Sedangkan menurut Ibrahim Nor (2000) Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut :
    1.    Pengajuan pertanyaan atau masalah berfokus pada kateristik antar disiplin
    2.    Penyelidikan Autentik
    3.    Menghasilkan pruduk /karya dan memamerkannya
    4.    Kerja sama
    Sedangkan menurut Sulistio (2008) PBL merupakan pembelajaran terpusat melalui masalah masalah yang relevan, terpusat karena berisi scenario, tema, unit yang menempatkan kembali pada pembelajaran yang diinginkan. Tujuan dalam proseqs ini membentuk kemampuan pemecahan masalah, menguraikan masalah dan merevisinya
    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena, mencatat permasalahan yang ada, mengarahkan siswa untuk bertanya, membahas dan memecahkan masalah, aktif bekerja, dapat mengungkapkan kata-kata sendiri dan dapat melakukan kerja proyek.

    METODE
    Berdasarkan pada penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dalam proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based learning tersebut membawa perubahan yang positif terhadap siswa SMP Negei I Sungai Raya. Penelitian tersebut dilaksanakan 2 siklus dengan rentangan 6 minggu telah memberikan warna berbeda terhadap dampak aktifitas dan hasil belajar siswa. Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasi tes, presentasi, nilai tugas serta data kuantitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan bekerja dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil tehnik pengumpulan data yang dipakai berbentuk soal test, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan. Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang berikutnya ditafsirkan secara kualitatif untuk mendapatkan kesimpulan yang diinginkan.

    HASIL
    Dari dua siklus yang direncanakan. Pada siklus ke–1 yang terdiri atas perencanaan, tindakan pengamatan dan refleksai ditetapkan 68, 40 % siswa menunjukan aktifitas yang relevan dengan pmbelajaran. Dengan menetapkan kriteria indikator 75 % keberhasilan. Maka angka tersebut belum menunjukan harapan sesuai dengan hipotesis tindakan yang ditetapkan. maka perlu dilakukan siklus ke 2 dengan tahapan yang sama setelah diadakan refleksi dengan teman sejawat secara seksama menunjukan ktifitas yang relevan dengan pembelajaran, peningkatan yang matang pada siklus ke-2 didapat 86. 75 % siwa menunjukan aktifitas yang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan 9, 90%. Dengan demikian tidak perlu mengulang siklus karena sudah melampaui indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75 %.

    PROBLEM BASED LEARNING
    Hasil dari siklus penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model Pembelajaran Problem Based Learning menunjukan relevansi tinggi terhadap kemampuan siswa dalam mencari cara- cara mempelajari makna proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dengan sajian soal-soal berbasis masalah. Siswa antusias mengikutri proses pembelajaran. Mereka memiliki motifasi yang tinggi sebagaimana dibuktikan dengan kerja sama yang meningkat. Hal ini juga dipengaruhi karakterstik materi Makna Proklamasi yang masih sulit. Apabila digunakan deangan metode yang tidak tetap.
    Akibat lainnya adalah dengan terjadinya motivasi yang tinggi mengikuti proses belajar meangajar. Prestasi siswa yang meningkat. Model pembelajaran Probleam Basaed Learning telah membawa perubahan pada hasil proses belajar meaangajar secara keseluruhan. SeSbagaimana yang telah disebutkan Sudarman (20070 bahwa problem Based Larning telah mendekatkan dunia nyata sebagaisuatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir dan ketrampilan pemecahan masalah. Siswa telah memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran yang disajikan. Hal ini terlihat ketika siklus ke-2 tentang Peristiwa-peristiwa proklamasi yang dipejari siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan dan mengajukan pertanyaan.

    PAIKEM DALAM PROSES PROBLEM BASED LEARNING
    Pada proses pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning tampak guru bagi siswa bukanlah sosok yang menakutkan tetapi sebagai perantara dan teman untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep pembelajaran PAIKEM
    Penerapan model pembelajaran based learning guru bertugas merumuskan logika berpikir untuk mengajikan hipotesis atau jawaban sementarea dan merumuskan langkah kerja untuk memperoleh data serta menganalisis data dan melakukan verifikasi dalam kaitannya pembelajaran makna proklamasi sebagaimna penelitian yang didapat sehingga pembelajaran konvensional sudah tidak layak lagi untuk diterapkan di sekolah dan mengaktifkan siswa untuk lebih kreatif dan berkreasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sehingga akan berdamkpak terhadap hasil pembelajarannya tetapi pemahaman materi yang disajikan aleh guru dapat bermakna.

    PENUTUP
    Guru memegang peranan penting dalam pengajaran, untuk itu pemilihan model pembelajaran berkaitan langsung dengan usaha guru dalam menampilkan pengajarannya yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaiaan tujuan pengajaran diperoleh secara optimal. Guru harus bisa membiasakan siswa utuk belajar kelompok dalam menyelesaikan masalah atau tugas tertentu bagi keberhasilan belajarnya, siswa perlu dilatih untuk berani mengemukakan pendapatnya di depan siswa yang lain, dengan cara memberikan argumen dan kemampuan yang dimilikinya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ibrahim, 2000,   MODEL, PEMBELAJARAN BERBASIS MASALA (PBL) IHT, B IMTEK SMA Kubu Raya 6-7  Januari 2012

    Sudarman, 2007, PROBLEM BASED LEARNING, Suatu Metode Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan meningkatkan Kemampuan Pemecahan masalah, samarinda, Juurenall Pendidikan Inovatif Vol 2 Universitas Sanmarinda

    Sulistio, 2008, PROBLEM BASED LEARNING DAN ALTERNATIF PEMBELAJARAN PRBLEM BASED LEARNING dalam makalah sajian dalam Work Shop on teaching Grand-TPSDLP UNBRAW 25-26 januari 2006.





    DISUSUN OLEH :

    KELOMPOK 2

    1.  PATMAWATI, S.Pd
    2.  ENDANG SULASTRI, SH
    3.  HERY GUSMINDA, S.Pd
    4.  DEWI  AGUSWATI, S.Pd
    5.  SRI UMI NASFIATI, S.Pd

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar